Pages

July 09, 2011

MISTERI BENTUK ALAM SEMESTA


“Sebelum kiamat datang, apa yang sekarang di lakukan oleh malaikat Isrofil?”
Jawabnya, “Sedang membersihkan terompetnya.” Mungkin yang ada di benak kita malaikat Isrofil itu seperti sesosok seniman yang asyik mengelap terompet kecilnya sebelum tampil diatas panggung.

Sebenarnya seperti apa sih terompetnya — atau yang biasa juga dikenal dengan sangkakala– malaikat Isrofil itu? Sekitar enam tahun silam sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Prof. Frank Steiner dari Universitas Ulm, Jerman melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta raya ini sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar saja. Menggunakan sebuah peralatan canggih milik NASA yang bernama “Wilkinson Microwave Anisotropy Prob” (WMAP), mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang sangat mencengangkan karena menurut hasil penelitian tersebut alam semesta ini ternyata berbentuk seperti terompet. Di mana pada bagian ujung belakang terompet (baca alam semesta) merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta yang masih mungkin untuk diamati (observable) (lihat gambar bentuk alam semesta dibawah).



Bentuk Alam Semesta

Di dalam kitab Tanbihul Ghofilin Jilid 1 hal. 60 ada sebuah hadits panjang yang menceritakan tentang kejadian kiamat yang pada bagian awalnya sangat menarik untuk dicermati.
Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda :
“Ketika Allah telah selesai menjadikan langit dan bumi, Allah menjadikan sangkakala (terompet) dan diserahkan kepada malaikat Isrofil, kemudian ia letakkan dimulutnya sambil melihat ke Arsy menantikan bilakah ia diperintah. Saya bertanya : “Ya Rasulullah apakah sangkakala itu?” Jawab Rasulullah : “Bagaikan tanduk dari cahaya.” Saya tanya : “Bagaimana besarnya?” Jawab Rasulullah : “Sangat besar bulatannya, demi Allah yang mengutusku sebagai Nabi, besar bulatannya itu seluas langit dan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali. Pertama : Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan). Kedua : Nafkhatus sa’aq (untuk mematikan). Ketiga: Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan).”

Dalam hadits di atas disebutkan bahwa sangkakala atau terompet malaikat Isrofil itu bentuknya seperti tanduk dan terbuat dari cahaya. Ukuran bulatannya seluas langit dan bumi. Bentuk laksana tanduk mengingatkan kita pada terompet orang – orang jaman dahulu yang terbuat dari tanduk. Kalimat seluas langit dan bumi dapat dipahami sebagai ukuran yang meliputi/mencakup seluruh wilayah langit (sebagai lambang alam tak nyata/ghoib) dan bumi (sebagai lambang alam nyata/syahadah). Atau dengan kata lain, bulatan terompet malaikat Isrofil itu melingkar membentang dari alam nyata hingga alam ghoib.

Jika keshohihan hadits di atas bisa dibuktikan dan data yang diperoleh lewat WMAP akurat dan bisa dipertanggungjawabkan maka bisa dipastikan bahwa kita ini bak rama – rama yang hidup di tengah – tengah kaldera gunung berapi paling aktif yang siap meletus kapan saja. Dan Allah telah mengabarkan kedahsyatan terompet malaikat Isrofil itu dalam surah An Naml ayat 87 :

“Dan pada hari ketika terompet di tiup, maka terkejutlah semua yang di langit dan semua yang di bumi kecuali mereka yang di kehendaki Allah. Dan mereka semua datang menghadapNya dengan merendahkan diri.”

Makhluk langit saja bisa terkejut apalagi makhluk bumi yang notabene jauh lebih lemah dan lebih kecil. Pada sambungan hadits di atas ada sedikit preview tentang seperti apa keterkejutan dan ketakutan makhluk bumi kelak.

“Pada saat tergoncangnya bumi, manusia bagaikan orang mabuk sehingga ibu yang mengandung gugur kandungannya, yang menyusui lupa pada bayinya, anak – anak jadi beruban dan setan – setan berlarian.”

Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik, jika terompetnya saja sebesar itu, konon pula si peniupnya dan konon lagi sang penciptanya? Allahu Akbar!

Wallahua'lam Bisshowab


July 04, 2011

Belajar Pada ALam Lagiii...

Tak ada guru yang lebih baik dari alam semesta ini. Segala sesuatunya selalu memberi pelajaran yang berharga bagi kita. Karena alam adalah guru yang sejati. Karena dari alamlah kita bisa belajar tentang segalanya.
Kita belajar tentang kerendahan hati dari air yang mengalir. Tak ada zat yang lebih lembut daripada air. Namun, tak ada benda sekeras apa pun yang tak dapat dihancurkannya.

Kita belajar tentang kejujuran dari beningnya embun di pagi hari. Demikian jernih dan terang, tak ada sesuatu yang tersembunyi. Sebab segala sesuatu itu transparan adanya. Kebusukan atau keculasan, akan ketahuan karena hanya bertabir waktu.
Kita belajar tentang cinta dari matahari. Ia setia menyiram bumi dengan sinarnya yang perkasa. Hanya memberi, namun tak harap kembali. Karena begitulah mestinya cinta. Memberi, memberi, dan memberi.
Kita belajar tentang kerukunan dari konvoi semut di dinding. Kemana pun mereka pergi, selalu beriring berurutan, bertegur sapa, bergotong royong, berbagi, dan saling menolong.
Kita belajar tentang keberanian dari angin yang berbisik. Desau angin yang bergulir, menelusup ke setiap sudut, tak ada sesuatu yang tak terlewati. Tak gentar, meski harus menembus kegelapan.
Kita belajar tentang kekuatan dari rumpun ilalang. Lemah jika sendiri, namun akan teguh dan ulet jika bersatu.http://www.blogger.com/img/blank.gif
Kita belajar tentang kehidupan dari rerumputan. Sekali mati, ia akan hidup kembali. Tak ada racun yang bias membuatnya mati abadi. Sebab Allah telah memberinya kekuatan untuk selalu bersemi.
Kita belajar tentang rezeki dari – sekali lagi – air yang mengalir. Air selalu mengalir, mengisi kekosongan di mana saja. Karena begitulah yang namanya rejeki. Selalu mengalir, mengisi kekosongan di mana saja. Sebab dari Allah-lah rezeki itu datang, dan dari Allah-lah rezeki itu selalu datang. Selalu datang dan tak pernah berhenti, karena Allah Sang Maha Memberi.
Kita selalu berguru kepada alam. Kita selalu belajar dari alam. Karena alam dan kita, satu adanya.


Thanks to >>> Che Susanto

Belajar Pada ALam...

Pelaksanaan Ujian Akhir Semester telah usai, kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan masih harus dan harus terus dilakukan, baik secara pribadi maupun kelompok. formal maupun informal. Bagi mereka yang mau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, jelas mereka harus mempersiapkan diri untuk memasuki perguruan tinggi mana yang mereka inginkan. Bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikan secara formal mereka bisa mendapatkan secara informal. Bagi yang kreatif bisa menyimak alam sebagai wahana untuk belajar.

Berikut ini adalah apa yang pernah disampaikan oleh mindset motivator handal (Krishnamurti) yang mau berbagi dengan senang hati demi lebih baiknya negeri ini.

1. Berguru pada Pohon Bambu
Kenapa pohon bambu? Ya pohon bambu terus membangun fondasi dimana dia berdiri agar tetap kokoh…
Terus membangun ruas demi ruas kehidupan yang ulet hingga menjulang sangat tinggi… Ia mengikuti mengikuti ke mana pun terpaan angin, tanpa melawan, namun tetap kembali ke tempat semula.
Pohon bambu mengajarkan pada kita tentang Kesabaran untuk membangun, perlu waktu untuk Kekokohan, Berprinsip namun tetap Lembut… Bisa mengikuti perubahan jaman namun tidak meninggalkan atau tidak melupakan asal usulnya.

2. Berguru pada Pelangi
Pelangi akan bersinar indah setelah air hujan turun…
Demikian pun sukses akan bersinar indah setelah air mata kegagalan turun…

Kegagalanlah yang membuat seseorang bisa sukses menjadi bermakna dan berhikmana, karena ia mengambil pelajaran dari kegagalannya, dia tidak putus asa.

3. Berguru pada Bunga Teratai
Air bersih bukanlah pilihan hidup bunga teratai.
Alam mengatur sedemikian rupa agar warna teratai terlihat.
Itulah dia, teratai. Tetap memancarkan sinar lembut indah.
Walau tumbuh di dalam air yang berlumpur sekalipun.


4. Berguru pada Laba-Laba

Usaha yang terus-menerus serta kesabaranlah yang membuat laba-laba terus bertahan hidup sampai ajal memanggilnya. Ia berupaya untuk mendapatkan makanan/rizki semampu dia. Dia melakukannya dengan menjaring mangsa. Dia juga menyimpan / menabung sisa-sisa makanannya. Dia akan makan tabungannya ketika dia tidak mendapatkan mangsa.


5. Berguru pada Daun Talas

Talas, engkau mampu menampung air, namun engkau tidak menyerap air. Air yang datang kepadamu. Tidak ada niat kau miliki sendiri. Melainkan kau kembalikan ke bumi. Tidak mengambil yang tidak kau butuhkan. Hanya menyerap sesuai kebutuhan.
Intinya tidak serakah dalam mendapati kenikmatan, mau berbagi.


6. Berguru pada Padi

Saat muda terus menjulang tinggi. Setinggi harapan yang bisa digapai. Mengisi dan terus mengisi si kantong padi.Terus terisi dan terus merunduk. Makin berisi, makin menunduk.
Pelajaran yang bisa kita petik adalah. Kita harus terus belajar dan belajar. Namun ketika ilmu sudah didapatkan, tidak akan menunjukkan kesombongan. Tetap tunduk dan tawadu’.


7. Berguru pada Semut

Kerjasamamu sudah terkenal dari dunia ada. Ketekunanmu selalu menjadi bincangan.
Kekuatanmu mengangkat lebih dari tubuhmu, mengagumkan!. Kekompakan kelompokmu, jadi ulasan para motivator. Kehebatanmu bahkan dibuat film animasi. Namun, yang kukagumi adalah…Walaupun manusia mengagumimu. Engkau tetap sederhana dan terus berkarya.
Tak peduli omongan orang akan kehebatanmu. Berkarya sesuai rancangan indah sang Pencipta.


8. Berguru pada Pohon Kelapa

Daun mudamu dirajut bungkus ketupat. Janur mudamu diumbai tanda bahagia. Batang daun dikumpul satu menjadi sapu. Sapu lidi disebutnya. Menyapu fungsinya. Pelepahpun diduduk, diseret gembira anak-anak. Terseret luka untuk mengajarkan kerja sama.
Sabut kelapa lembut pembersih piring dan gelas. Arang batok kelapa membuat senyum tukang sate Madura. Air kelapa hijau menjadi obat pembuang racun tubuh. Air kelapa muda menjadi sahabat segar sang dahaga. Santan kelapa tua menjadi sahabat semua dapur.
Muda berguna, tuapun tetap berguna. Ah, luar biasa!
Saat pohonmu kecil, indah dilihat. Saat pohonmu besar, kuat menjaga pantai.
Saat daunmu lebat, rindang berteduh. Dari atas sampai bawah, engkau berguna.
Dari muda sampai tua, engkaupun berguna. Ah, memang pengabdian adalah misi muliamu.

10. Berguru pada Burung Pipit.
Makan hanya satu demi satu butiran. Makan hanya untuk berkarya. Dengan jeli menilik dahan-dahan kering. Dengan tekun, diangkut ke tempat aman.
Disusun potong demi potong. Membentuk tempat aman untuk pelanjut.
Nyaman dan hangat untuk hidup si pelanjut.
Sampai saatnya si pelanjut hadir bercuit.
Karya kehidupanpun terus berlanjut.

11. Berkaca di depan diri.

Lalu, aku, sobatku, dan semuanya!
Apa yang kau takutkan?
Gapailah mimpimu! Kejarlah citamu!
Disekitarmu ada SEMUA GURUMU!
Mereka tidak membisu. Mereka selalu menuntunmu.
Dengan senyum yang penuh arti.
Dan, hanya hati jernih yang bisa mengerti.
Jernihkan hatimu, rahasia alampun terbuka.

Special Thank to Bang Eko