Pages

March 05, 2015

SEORANG ANAK DAN SEBUAH PINTU

Suatu ketika di dalam sebuah kamar kecil pada sebuah tempat, hiduplah seorang janda miskin bersama anaknya yang kecil dengan kehidupan yang sederhana dan dalam keadaan yang sangat sulit. Walaupun begitu keluarga kecil ini mempunyai keistimewaan yaitu selalu memiliki sifat mensyukuri nikmat, ridha dan qana’ah (selalu menerima pemberian Allah) yang merupakan harta berharga yang tidak akan habis.

Selama ini ada sesuatu yang mengkhawatirkan ibu tersebut, yaitu turunnya hujan di musim penghujan. Kamar yang dimilikinya hanya berupa empat dinding dan sebuah pintu kayu yang tidak memiliki atap. Sudah empat tahun sejak kelahiran anaknya yang paling kecil, kota tersebut tidak pernah diguyur hujan kecuali hanya gerimis. Suatu hari mendung tebal menutupi seluruh langit kota. Pada jam satu malam, turunlah hujan dengan sangat lebat sehingga membasahi seluruh penjuru kota. Semua warga berteduh di rumah mereka kecuali janda dan anaknya. Keadaan yang sedang dihadapinya sekarang adalah keadaan yang cukup sulit.

Anak tersebut melihat ibunya dengan pandangan yang hangat, kemudian mendekap dalam pelukannya, namun tubuh dan pakaian ibunya basah kuyup terkena air hujan. Ibu tersebut segera bergegas menuju pintu kamar, kemudian melepasnya dan meletakannya miring disandarkan kepada salah satu dinding. Sang anak kemudian bergegas ke belakang pintu untuk berteduh dari derasnya air hujan. Anak tersebut melihat ibunya dengan gembira dan tersirat di wajahnya senyuman yang penuh keridhaan dan berkata “bagaimana ya yang dilakukan oleh orang miskin yang tidak memiliki pintu ketika turun hujan”


Dalam keadaan seperti ini, anak tersebut merasa bahwa ia termasuk golongan orang kaya, karena masih memiliki pintu

@Naif Abdurrahman Al-Zuraiq

0 comments:

Post a Comment